Senin, 28 Desember 2009

Cinta dan Benci


Barangsiapa ingin dicintai Allah dan rasulNya hendaklah dia berbicara benar (jujur), menepati amanat dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al Baihaqi)

Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia. (HR. Adailami)

Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Athabrani)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta berkelanjutan (diwariskan) dan benci berkelanjutan (diwariskan). (HR. Al Bukhari)

Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambanya dalam kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)

Petunjuk dan Ilmu


Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu’allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya.” (Bukhari)

MENJAMIN SURG


Dari Ubadah bin Shamit RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Hendaklah kalian menjamin padaku 6 PERKARA dari dirimu, niscaya aku MENJAMIN SURGA bagimu :
1. Jujurlah apabila kamu berbicara,
2. Sempurnakanlah (janjimu) apabila kamu berjanji,
3. Tunaikanlah apabila kamu diberi amanat,
4. Jagalah kemaluanmu,
5. Tundukkanlah pandanganmu (dari ma'shiyat)
6. Tahanlah tanganmu (dari hal yang tidak baik)".

[HR. Ahmad, Ibnu Abid-Dunya, Ibnu Hibban di dalam shahihnya, Hakim dan Baihaqi, di dalam At-Targhiib wat Tarhiib juz 3, hal. 587]

DOSA YANG LEBIH BESAR DARI BERZINA


DOSA YANG LEBIH BESAR DARI BERZINA



Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaianya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menagkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah merosakkan hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".



Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa a.s. terkejut. "Saya takut mengatakannya."jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya... telah berzina.



Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun... lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya... cekik lehernya sampai... tewas," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik. Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut.



Dia terantuk-hantuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.



Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran."Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina" Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.



Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

(Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)



Dalam hadis Nabi S.A.W disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.



Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.



Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadis Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah. Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.



Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik

KISAH NERAKA JAHANNAM


KISAH NERAKA JAHANNAM



Dikisahkan dalam sebuah hadis bahawa sesungguhnya neraka Jahannam itu adalah hiam gelap, tidak ada cahaya dan tidak pula ia menyala.

Dan ianya memiliki 7 buah pintu dan pada setiap pintu itu terdapat 70,000 gunung, pada setiap gunung itu terdapat 70,000 lereng dari api dan pada setiap lereng itu terdapat 70,000 belahan tanah yang terdiri dari api, pada setiap belahannya pula terdapat 70,000 lembah dari api.



Dikisahkan dalam hadis tersebut bahawa pada setiap lembah itu terdapat 70,000 gudang dari api, dan pada setiap gudang itu pula terdapat 70,000 kamar dari api, pada setiap kamar itu pula terdapat 70,000 ular dan 70,000 kala, dan dikisahkan dalam hadis tersebut bahawa setiap kala itu mempunyai 70,000 ekor dan setiap ekor pula memiliki 70,000 ruas. Pada setiap ruas kala tersebut ianya mempunyai 70,000 qullah bisa.



Dalam hadis yang sama menerangkan bahawa pada hari kiamat nanti akan dibuka penutup neraka Jahannam, maka sebaik sahaja pintu neraka Jahannam itu terbuka, akan keluarlah asap datang mengepung mereka di sebelah kiri, lalu datang pula sebuah kumpulan asap mengepung mereka disebelah hadapan muka mereka, serta datang kumpulan asap mengepung di atas kepala dan di belakang mereka. Dan mereka (Jin dan Manusia) apabila terpandang akan asap tersebut maka bergetarlah dan mereka berlutut dan memanggil-manggil, "Ya Tuhan kami, selamatkanlah."



Diriwayatkan bahawa sesungguhnya Rasulullah S.A.W telah bersabda : "Akan didatangkan pada hari kiamat itu neraka Jahannam, dan neraka Jahannam itu mempunyai 70,000 kendali, dan pada setiap kendali itu ditarik oleh 70,000 malaikat, dan berkenaan dengan malaikat penjaga neraka itu besarnya ada diterangkan oleh Allah S.W.T dalam surah At-Tahrim ayat 6 yang bermaksud : "Sedang penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras."



Setiap malaikat apa yang ada di antara pundaknya adalah jarak perjalanan setahun, dan setiap satu dari mereka itu mempunyai kekuatan yang mana kalau dia memukul gunung dengan pemukul yang ada padanya, maka nescaya akan hancur lebur gunung tersebut. Dan dengan sekali pukulan sahaja ia akan membenamkan 70,000 ke dalam neraka Jahannam.

(Kisah Penuh Hikmah II)

Hadist Arba'in : "Bid'ah"


Ummul mukminin, ummu Abdillah, ‘Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak".
(Bukhari dan Muslim 􀃆 Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”)

Penjelasan:
Kata “Raddun” menurut ahli bahasa maksudnya tertolak atau tidak sah. Kalimat “bukan dari urusan kami” maksudnya bukan dari hukum kami.
Hadits ini merupakan salah satu pedoman penting dalam agama Islam yang merupakan kalimat pendek yang penuh arti yang dikaruniakan kepada Rasulullah. Hadits ini dengan tegas menolak setiap perkara bid’ah dan setiap perkara (dalam urusan agama) yang direkayasa. Sebagian ahli ushul fiqih menjadikan hadits ini sebagai dasar kaidah bahwa setiap yang terlarang dinyatakan sebagai hal yang merusak.
Pada riwayat imam muslim diatas disebutkan, “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak” dengan jelas menyatakan keharusan meninggalkan setiap perkara bid’ah, baik ia ciptakan sendiri atau hanya mengikuti orang sebelumnya. Sebagian orang yang ingkar (ahli bid’ah) menjadikan hadits ini sebagai alas an bila ia melakukan suatu perbuatan bid’ah, dia mengatakan : “Bukan saya yang menciptakannya” maka pendapat tersebut terbantah oleh hadits diatas.
Hadits ini patut dihafal, disebarluaskan, dan digunakan sebagai bantahan terhadap kaum yang ingkar karena isinya mencakup semua hal. Adapun hal-hal yang tidak merupakan pokok agama sehingga tidak diatur dalam sunnah, maka tidak tercakup dalam larangan ini, seperti menulis Al-Qur’an dalam Mushaf dan pembukuan pendapat para ahli fiqih yang bertaraf mujtahid yang menerangkan permasalahan-permasalahan furu’ dari pokoknya, yaitu sabda Rosululloh . Demikian juga mengarang kitab-kitab nahwu, ilmu hitung, faraid dan sebagainya yang semuanya bersandar kepada sabda Rasulullah dan perintahnya. Kesemua usaha ini tidak termasuk dalam ancamanhadits diatas.Wallahu a’lam.

(SYARHUL ARBA’IINA HADIITSAN
AN-NAWAWIYAH
~ Ibnu Daqiqil ‘Ied ~)

JANGAN PERCAYA KEPADA PERAMAL


JANGAN PERCAYA KEPADA PERAMAL

Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam bersabda :

“Barangsiapa bertanya kepada peramal atau ahli nujum, kemudian ia percaya apa yang dikatakannya, berarti ia telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (Hadits shahih riwayat Ahmad).

Haram hukumnya mempercayai ahli nujum, dukun, peramal, tukang sihir, orang yang mengaku mengetahui jiwa orang atau peristiwa-peristiwa yang lalu yang tidak diketahui orang atau mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sebab hal-hal tersebut adalah khusus ilmu Allah saja. Allah berfirman :

] وهو عليم بذات الصدور [

“Dan Dia Maha Menetahui apa yang tersimpan dalam hati.” (Al-Hadid : 6).

Dan firman-Nya pula :

] قل لا يعلم من في السموات والأرض الغيب إلا الله [

“Katakanlah: tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (An-Naml : 65).

Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam bersabda :

“Barangsiapa mendatangi seorang peramal dan menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima baginya shalat selama empat puluh hari.” (riwayat Muslim).

Apa yang dikatakan oleh para peramal itu sebenarnya hanyalah dugaan dan kebetulan saja. Umumnya tidak lebih dari dusta Karena bisikan setan dan tidak ada orang yang terbujuk kecuali orang yang kurang akalnya saja. Andaikata mereka mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya mereka akan mengambil harta yang tersimpan dalam perut bumi ini sehingga mereka tidak lagi menjadi orang fakir yang kerjanya mengelabui orang lain hanya mencari sesuap nasi dengan caa yang batil. Kalau mereka benar-benar mengetahui hal-hal yang ghaib, maka beritahulah kami apa rahasia-rahasia yahudi sehingga dapat ditumbangkan.

Senin, 14 Desember 2009

POTENSI KEFASIKAN PADA DIRI MANUSIA


POTENSI KEFASIKAN PADA DIRI MANUSIA

1.Manusia bersifat tergesa-gesa.
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. ( QS. 17 al Isra’ : 11 )

2.suka membantah.
Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran Ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. ( QS. 18 Al Kahfi : 54 )

3.melampaui batas.
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang Telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. ( QS. 10 Yunus : 12 )

4.serba salah / suka protes.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. ( QS. 70 al Ma’aarij : 19 )

5.keluh kesah dan pelit.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
( QS. 70 al Ma’aarij : 20 -21 )

6.ingkar, tidak mau bersyukur.
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.
( QS. 100 al ‘Adiyat : 6 )

7.melihat dirinya serba cukup / berpeluang punya sifat sombong.
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena dia melihat dirinya serba cukup. ( QS. 96 al ’Alaq : 6-7 )

8.bersusah payah.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. ( QS. 90 al Balad : 4 )

9.bersifat lemah
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
( QS. 4 An Nisaa’ : 28 )

10.fakir / banyak kebutuhannya.
Ingatlah, kamu Ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir Sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. ( QS. 47 Muhammad : 38 )

11.cinta dunia.
Dan Sesungguhnya dia sangat bakhil Karena cintanya kepada harta. ( QS. 100 al ’Aadiyaat : 8 )

Do’a supaya ditetepkeun haté


يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ. ( رواه الترمذي )
”hé, anu mulak malik haté ( ya Allâh ), mugi Gusti netepkeun haté abdi netepkeun dina agama Gusti”. ( h.r. at Tirmidzi )

أَللَّهُمَّ افْتَحْ مَسَامِعَ قَلْبِى لِذِكْرِى, وَارْزُقْنِى طَاعَتَكَ وَطَاعَةَ رَسُوْلِكَ وَعَمَلاً بِكِتَبِكَ.
(رواه الطبرانى عن على )
”Ya Allâh, mugi Gusti mukakeun pangdangu haté abdi, supados éling ka Gusti, sarta mugi Gusti maparin pituduh supados abdi ta’at kana paréntah sareng ka Râsul Gusti, sareng mugi Gusti maparin pituduh supados abdi sanggem ngamalkeun eusi kitab Gusti (alquran)”.
( h.r. at Thâbrâni ti ’Ali r.a. )

DELAPAN AKIBAT MAKSIAT


DELAPAN AKIBAT MAKSIAT


“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah..”
(Q.S. al Baqarah, 2: 286).

Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa. Dosa yang dilakukan pun kemudian memberikan bekas pada hati dan kehidupan. Sadar atau tidak, hati menjadi tidak tenang dan kesulitan demi kesulitan sepertinya selalu datang.
Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk selalu berbenah, memperbaharui iman agar tidak terus menerus terjebak dalam dosa.
Dosa yang kita lakukan pasti akan mengakibatkan efek pada sisi lain dalam kehidupan kita. Menurut Ibnu Qayyim al Jauziyyah, jika kita bermaksiat maka akan mengakibatkan delapan hal :
1. Menghalangi ilmu.
Ilmu adalah sinar yang diletakkan Allâh  di hati, sedangkan maksiat akan memadamkan sinar tersebut. Imam Syafi’I pernah mengeluh kepada gurunya betapa susahnya dia menghafal. Gurunya, Waki’ menasihatinya agar meninggalkan maksiat, ”Ketahuilah bahwa ilmu itu anugerah dan anugerah Allâh tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”
2. Menghalangi rezeki.
Jika kita bertaqwa kepada Allâh  Dia akan membuka pintu Rahmat-Nya. Sedangkan jika bermaksiat, kita akan mendapatkan kehidupan yang sempit. Dalam kitab Musnad disebutkan,”Sesungguhnya seorang hamba tidak mendapatkan rezeki karena dosa yang dikerjakannya.”
3. Menimbulkan kerisauan dan kesepian dalam hati.
Setiap orang pasti tidak ingin menjadi pribadi yang selalu risau dan kesepian. Kemaksiatan membuat kita selalu was-was, semakin sepi, semakin jauh dari majelis pengajian, semakin jauh hati kita dari ayat-ayat Allâh . Maksiat membuat kita selalu risau, hati merasa sepi dan gersang.
4. Mendatangkan kesulitan.
Hidup orang yang maksiat akan sulit. Kesulitan dalam hidup akan membawa kita pada stress dan stress akan membawa kita pada ketidakseimbangan.
5. Menimbulkan kegelapan dalam hati.
Kata Imam Ibnu Qayyim, kegelapan hati akan dirasakan seseorang seperti gelapnya malam. Bila dia diberi petunjuk, kegelapan maksiatnya masuk menutupi hatinya, seperti perasaan menutupi penglihatan, setiap kali kegelapan menimpa, kita pun akan kebingungan, akhirnya kita akan terjebak dalam lembah dosa.
6. Melemahkan hati dan badan.
Kemaksiatan akan mempengaruhi hati dan badan kita. Seorang pelaku maksiat, walau badannya kuat, dia akan terlihat lemah. Itu karena hatinya yang kotor diselimuti dosa. Dalam peperangan, kita menyaksikan, pasukan Islam dengan jumlah sedikit sangat sering mengalahkan pasukan kafir yang berlipat-lipat jumlahnya, hal itu karena faktor iman dan jauh dari kemaksiatan.
7. Menghalangi ketaatan.
Seorang pendosa akan tidak taat kepada Allâh . Dia selalu jauh dari sinar taat karena maksiat yang dilakukannya setiap hari.
8. Mengurangi umur dan mengikis berkah.
Kebaikan akan menambah umur, sedangkan kejahatan akan mengurangi umur. Umur manusia yang produktif adalah umur yang digunakan untuk taat beribadah, selain itu berarti umurnya tidak berbarokah. Barulah dia sadar kalau hidupnya sudah berakhir.

Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". ( Q.S. Al-Fajr, 8:24 )

Kedelapan akibat maksiat tadi penting sekali kita tafakuri bersama. Betapa sering hari-hari kita terjangkiti virus maksiat. Di rumah dengan televisi, di lingkungan dengan penglihatan dan pendengaran yang diharamkan, di tempat kerja dan di mana pun kemaksiatan akan mengelilingi kita.
Karena itu, waspadalah …… waspadalah ,,,, !

Ikhwan Sejati


Ikhwan Sejati

"Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari badannya yang kekar,
tetapi dari kasih sayangnya pada orang lain di sekitarnya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya,
tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati di tempat kerja,
tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan,
tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang,
tetapi dari hati yang berada di baliknya itu.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja,
tetapi dilihat dari komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan,
tetapi dari tabahnya ia menjalani liku-liku kehidupan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya ia membaca Al Qur'aan
tetapi dari istiqomahnya dalam melaksanakan apa yang ia baca.

Akhwat Sejati


Akhwat Sejati

Bukan dilihat dari kecantikan parasnya…
Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona…
Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan…
Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya…
Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari keahliannya berbicara…
Tetapi dari bagaimana caranya berbicara….

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian…
Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan…
Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani…
Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran…

@};-Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul…
Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul…

Kecerdasan Qalbiah


Kecerdasan Qalbiah


Kecerdasan Qalbiah adalah kecerdasan Intelektual , Emosional, Moral, Spiritual, dan Agama. Sosok yang telah mencapai kecerdasan Qalbiah yang sempurna adalah Nabi Muhammad SAW. Secara fisik, beliau pernah dibedah kalbunya sebanyak empat kali oleh malaikat Jibril dan disucikan dengan air Zam-zam. Salah satu pembedahannya adalah ketika beliau akan melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj. Dalam satu sisi, Nabi Muhammad SAW. dikatakan sebagai sosok yang ummi, dalam arti tidak bisa membaca dan menulis, padahal membaca dan menulis dianggap sebagai dasar-dasar kecerdasan intelektual-rasional. Hal itu tidak berarti bahwa beliau tidak memiliki kecerdasan sama sekali. Boleh jadi secara intelektual (rasional) beliau tidak memiliki kecerdasan, tetapi secara intelektual (intuitif), emosional, moral, spiritual, dan beragama beliau dianggap orang yang paling tinggi memiliki kecerdasan. Dampak buruk dari pendidikan yang hanya mengejar nilai akademis dengan tidak mempedulikan kecerdasan emosi, moral, spiritual, dan agama, adalah kehancuran.

Rabu, 09 Desember 2009

Sutrah dalam Shalat



Sabda Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Apabila ada yang shalat diantara kalian maka sholatlah dengan menggunakan pembatas dan hendaklah dia mendekati pembatas tersebut, janganlah membiarkan seorangpun lewat antara dirinya dan pembatas tersebut” (HR: Abu Dawud no. 697 dan 698. [Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh Syaikh Al-Albany hal. 82.])

Ini merupakan dalil/nash yang umum tentang sunnahnya mengambil sutrah ketika sholat baik di masjid maupun di rumah. Sutrah berlaku baik bagi laki-laki maupun perempuan.

1. Sutrah ketika sholat dapat menggunakan apa-apa yang berada di arah kiblat seperti tembok, tongkat, atau tiang dan tidak ada pembatasan tentang bentangan/lebar sutrah.

2. Tinggi sutrah kira-kira setingggi mu’akhiraturr (Sandaran pada bagian belakang pelana kuda yang ukurannya kira-kira dua pertiga dziraa’ (1 dziraa’= sepanjang siku-siku tangan sampai ujung jari tengah), yaitu yang ukurannya kira-kira satu jengkal tangan.

3. Jarak antara kedua kaki dan sutrah adalah kira-kira tiga hasta (siku sampai ujung jari tengah) dan diantara dia dengan sutrah masih ada tempat (ruang) untuk melakukan sujud.

4. Sesungguhnya sutrah (tabir penghalang) disyariatkan bagi imam dan orang-orang yang sholat secara munfarid (sendiri) baik sholat wajib lima waktu maupun shalat sunnat

5. Sutrah makmum mengikuti sutrah imam, maka diperbolehkan melewati makmum apabila ada hajat (kepentingan).

Sesungguhnya sunnah menggunakan sutrah ketika sholat menjaga sholat agar tidak terputus yang disebabkan oleh lalu lalangnya siapa saja yang bisa memutuskan/membatalkan sholat (yaitu perempuan, keledai, dan anjing yang hitam) atau mengurangi pahalanya.

Mencegah pandangan dari melihat orang-orang yang lalu lalang karena orang yang memakai sutrah secara umum pandangannya ke arah sutrah dan pikirannya terkonsentrasi pada makna-makna bacaan sholat.

Orang yang sholat memakai sutrah telah memberikan kesempatan bagi orang yang berlalu-lalang maka tidak perlu menjauhkan orang-orang yang berlalu lalang di depannya

Minggu, 06 Desember 2009

Masih banyak...

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ


“dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (TQS. 2 : 170)

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ


“apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (TQS. 5 : 104)